UN Habitat III - PrepCom 3 : Dari Surabaya, untuk Dunia!

27 July 2016

Buat yang berdomisili di Surabaya, pasti seminggu terakhir ini sering dikirimi broadcast message di WhatsApp, BBM, atau SMS yang isinya “alur pengalihan jalan di area venue PrepCom3”, “daftar festival yang ikut memeriahkan rangkaian acara PrepCom3”, sampai yang agak ngancemWASPADA jalur-jalur rawan macet akibat pelaksanaan PrepCom3!”. Sakjane PrepCom3 iki panganan uopo to kok orang-orang pada ngeributin PrepCom3 semua? Yuk kita kenal lebih dekat program UN (United Nations) alias PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) yang satu ini, lengkap dengan alasan kenapa kita sebagai warga Surabaya patut bangga karena kali ini terpilih menjadi tuan rumahnya!

 

Apa itu UN Habitat III - PrepCom3?

 

PrepCom3, atau lengkapnya Preparatory Committee Meeting 3 adalah proses persiapan dan konsultasi menuju Konferensi Habitat III. Konferensi Habitat sendiri adalah agenda PBB yang dilaksanakan setiap 20 tahun sekali untuk mencari solusi serta menyatukan komitmen negara-negara anggota menuju pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, atau bahasa kerennya Sustainable Urban Development. Wuihh 20 taon banget gitu, lama amat?? Eyakali mbenerin kota kan gak gampang brosis, situ pikir Bandung Bondowoso. Persiapan menuju konferensi utama Habitat III sudah diselenggarakan sejak H-3 tahun alias sejak 2 tahun lalu, yaitu di New York, AS (PrepCom1 2014) dan di Nairobi, Kenya (PrepCom2 2015). Konferensi UN Habitat sebelumnya diadakan di Istanbul, Turki (Habitat II 1996) dan membahas seputar peningkatan kualitas hidup di perkotaan dan membangun kesadaran akan pentingnya pembangunan permukiman berkelanjutan, demi masa depan perkotaan.

 

Terus, apa yang jadi pokok bahasan di konferensi UN Habitat III ini? Yang menjadi bahasan utama dari konferensi Habitat kali ini adalah soal New Urban Agenda--agenda baru perkotaan dunia yang isinya menyepakati soal pembangunan kota yang terencana dengan sangat baik untuk mengatasi urbanisasi. Ternyata, dalam 20 tahun terakhir ini kota-kota khususnya yang ada di negara berkembang (seperti Indonesia) mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini kemudian memicu meningkatnya tingkat urbanisasi; banyak orang meninggalkan desa, dan semakin banyak orang memadati kota (anak rantau mana suaranyaaa?? ;)). Menurut Sekjen Habitat 3 Dr. Joan Clos, urusan tata ruang kota ini harus dipikirkan dengan sangat matang dan terencana karena jika dilakukan secara ‘spontan’ maka bisa menimbulkan serangkaian efek negatif seperti kekumuhan, kesenjangan, segregasi, dll. Jika dilakukan dengan sangat matang, niscaya outputnya akan lebih menyenangkan bagi semuanya. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI, M. Basuki Hadimuljono memberi salah satu contoh pembangunan kota yang bisa jadi percontohan, yaitu di Surabaya sendiri (ini bukan memuji kota sendiri lho ya), di daerah Sukolilo. Jembatan baru yang menghubungkan Kenjeran Lama dan Kenjeran Baru(yang ada air mancur menarinya!) itu pada mulanya akan dijadikan jalan tol, tapi dengan konsekuensi warga sekitar bakal digusur. Karena diprotes keras oleh warga setempat, maka Pemkot pun putar otak, dan jadilah jembatan baru tersebut. Akses jalan alternatif terbuka, warga tetap di rumah kesayangan masing-masing, lingkungan sekitar Kenjeran yang semula tergolong area rural(pedesaan) pun kini bisa dibilang telah menjadi kawasan urban(perkotaan) karena jadi lebih tertata.

 

PrepCom3 ini akan menjadi proses final dari persiapan menuju main event Konferensi UN Habitat III yang akan berlangsung di Quito, Ekuador, Oktober 2016 mendatang. Di Surabaya inilah para delegasi dari negara anggota, pemerintah, pihak PBB, dan pemegang kepentingan (stakeholders) mendapatkan kesempatan terakhir mereka untuk berbagi pandangan mengenai isu pembangunan kota beserta solusinya yang diharapkan untuk terefleksikan di draft final New Urban Agenda.

 

Kenapa Surabaya?

Ibukotanya Indonesia kan Jakarta, kantor PBB di Indonesia juga adanya di Jakarta. Lha trus kenapa kok acara segede gini diselenggarakannya di Surabaya, yang notabene ‘cuma’ kota terbesar ke-2 di Tanah Air? Jawabannya adalah, Surabaya dianggap mempunyai capaian-capaian pembangunan permukiman dan perkotaan yang diakui secara nasional maupun internasional, sekaligus berhasil mengembangkan (sembari mempertahankan) eksistensi Kampung yang ada. Surabaya juga dinilai sebagai kota yang ramah. “Dari Surabaya kita bisa belajar bahwa hiu dan buaya dapat hidup berdampingan dalam damai,” ungkap Clos. Wah alhamdulillah yaa, sesuatu banget...

 

Memangnya pembangunan kota yang oke itu seperti apa sih?

Mengutip ucapan Dr. Clos, kunci dari keberhasilan pembangunan perkotaan terletak pada 3 hal : regulasi, perencanaan, dan pendanaan. Seperti yang sudah dibicarakan di atas, pembangunan kota yang baik adalah yang sudah terencanakan dengan sangat matang, bukan yang ‘spontan’. Spontanitas yang salah misalnya adalah pembangunan lahan tanpa memikirkan akses jalannya, atau pembangunan pemukiman tanpa memperhatikan soal sanitasi (akses air bersih, per-WC-an gitu deh). Indonesia sendiri mempunyai agenda pembangunan permukiman dan perkotaan yang dikenal dengan program 100-0-100 (100% akses air bersih, 0% kawasan kumuh, & 100% akses sanitasi). Nah, adanya PrepCom3 yang diselenggarakan di Indonesia ini dianggap in line dengan program 100-0-100, sehingga diharapkan dapat saling membawa manfaat bagi banyak pihak, walau perkembangan program 100-0-100 ini sendiri masih sangat terbatas. 

 

Kita bisa kontribusi apa ya?

Kadang beberapa dari kita udah keburu keder duluan pas baca headline tentang pembangunan kota karena merasa bahwa “I’m not smart enough to digest that” atau “ah, just leave it to the big people up there” padahal sebenernya kita perlu banget untuk ikut menyukseskannya, & even the smallest participation counts! Mungkin langkah paling gampangnya, buka aja dulu webnya di habitat3.org atau prepcom3surabaya2016.id untuk tahu lebih lengkap tentang agendanya, atau dateng aja ke pelaksanaan PrepCom3 di Grand City Mall 25-27 Juli 2016 ini. Tenang aja, walau di venue banyak orang jas-jasan berseliweran tapi banyak jadwal acara yang bisa diakses sama ‘rakyat jelata’ kok. Ada banyak sesi diskusi dalam berbagai topik yang berkaitan dengan pembangunan kota, seperti partisipasi rakyat sipil dan pemuda di era digital, hak asasi di perkotaan, kesetaraan gender dalam pembangunan perkotaan, dll. Ada pamerannya juga, so we can check what people have done for their cities (and what can we do for ours).

 

 

Naaahh jadi gitu sodara-sodara, sekilas tentang PrepCom3 yang diselenggarakan di Surabaya ini! Walaupun acara yang dihadiri kurang lebih 116 delegasi negara anggota dan 5000 partisipan ini hanya berlangsung 3 hari, tapi PR belum selesai bosku. Isunya sudah tahu, solusinya sedang digodok, nah tinggal penerapannya nih. PBB kan pada dasarnya Persatuan Bangsa-bangsa, dan sebagai bagian dari suatu bangsa berarti kita terlibat(seharusnya)donggg. So, what will you do for your city?

 

 

Teks & foto : Nadia Maya Ardiani