“One Sweet Day” bersama Boyz II Men di Surabaya

20 August 2016

Surabaya nampaknya makin jadi jujukan para musisi untuk menggelar pertunjukan musik. Walau venue mumpuni dengan sistem akustik yang nyaman di telinga masih dapat dihitung jari, tapi dalam kurun waktu 1 tahun belakangan terbukti makin banyak musisi yang menggelar hajat non-kolektif(bukan sebagai salah satu lineup festival)—DAN berbayar di Kota Pahlawan ini. Sebut saja Raisa yang menggelar konser “Pemeran Utama” pada November 2015 silam(konser ini diadakan di 2 kota—Jakarta & Surabaya), Glenn Fredly dengan tur 20 kota-nya, Barasuara dengan Taifun Tour-nya, JKT48 dengan Theater Sementara-nya, Dekat, Silampukau(putra daerah nih rek!), sampai musisi ‘impor’ seperti Matthew Koma dan yang baru saja manggung di Hari Kemerdekaan lalu; Boyz II Men. Kenapa poin ‘berbayar’ disini menjadi istimewa? Karena sebelumnya Surabaya lebih sering dapat asupan ‘gig gratis’ yang diadakan di hangout places, sehingga sedikit banyak muncul mentalitas ‘Entar aja nunggu dia main di X, kan gratis tuh’(hayooo yang pernah kepikiran gini ayo ngaku :p). Tapi sejak mulai banyak diadakan konser musik bermutu di kota ini, Surabaya perlahan menjawab kekhawatiran industri musik bahwasanya konser bagus cuma bisa laku di Ibu Kota. Surabaya membuktikan bahwa kota ini juga apresiatif terhadap seni.


Konser Boyz II Men Rabu, 17 Agustus 2016 kemarin memang bukanlah sebuah sold out show, dari 4 kelas tiket yang ada yang terpantau full hanyalah kelas Festival dan Gold. Dua kelas lainnya, Diamond dan Platinum—yang angka 0 di harga tiketnya mencapai 6 digit—terpantau hanya sesak di bagian separuh depan. Secara umum, masyarakat Surabaya memang suka suguhan performance art bermutu, tapi sepertinya belum seloyal orang Jakarta dalam mengalokasikan dana hiburan. Tapi walau venue Dyandra Convention Center malam itu tidak full house, hal tersebut tak lantas membuat crowd loyo! Begitu Shawn Stockman, Nathan Morris, & Wanya Morris masuk ke stage dan membawakan “Believe” dari album Twenty(2011) dan “Muzak” dari album The Remedy(2006) seisi Dyandra Convention Center langsung bersorak riuh. Beberapa penonton di kelas festival yang berposisi di baris paling belakang bahkan tak segan-segan berdiri di atas kursinya masing-masing. Pada 2 lagu pertama ini belum terdengar paduan suara massal yang lazim terdengar pada konser-konser besar; bisa jadi karena 2 lagu tersebut memang bukan merupakan hit single dari band yang dikenal luas sebagai rajanya lagu balada emosional ini. Tapi begitu intro lagu ke-3 berkumandang, penonton langsung histeris dan ikutan bernyanyi—yup, it’s time for “On Bended Knee”, baby! Penonton yang sebagian besar merupakan generasi ‘90an langsung terhanyut dalam nostalgia; yang bersama pasangan langsung saling memeluk pundak, yang bersama kawan-kawan lama langsung goyang kanan-kiri bareng-bareng dalam nuansa reunian. Manis.


Setelah menggempur dengan sejumlah lagu slow sehabis “On Bended Knee”, Shawn bertanya kepada penonton, apa yang terlintas di pikiran saat mendengar nama-nama legenda musik macam The Supremes, Diana Ross, dan Jackson 5? Apa kesamaan dari para musisi tersebut? Penonton pun dengan kompak menyahut, “Motown!”. Puas dengan jawaban penonton, dan sebagai bagian dari Boyz II Men yang mengawali karirnya di Motown Records, Shawn melanjutkan, “We want to celebrate that legacy, in a proper way. So get up from your chair now!” tanpa perlu komando lebih jauh lagi seluruh penonton pun langsung bangkit dari kursi dan bergoyang diiringi lagu “Money(That’s What I Want)” yang menghentak.


Kembali menenggelamkan penonton dalam lantunan RnB ballads dengan harmonisasi vokal khas acappellanya, ketiga personil Boyz II Men kerap berinteraksi dengan penonton dan mengajak penonton melakukan beberapa hal, terutama di 5 lagu terakhir. Saat mereka mengajak penonton untuk mengangkat tangan dan menjentikkan jari mengikuti irama yang mereka pandu, beberapa penonton tampak tersenyum-senyum penuh kode seakan yakin bahwa tebakan lagu selanjutnya pasti benar. “You know which Boyz II Men song it is,” tandas Shawn seakan memverifikasi tebakan penonton tersebut, dan benar saja, “Water Runs Dry” pun berkumandang.


Crowd makin menggila ketika di lagu “I’ll Make Love to You” ketiga pria bersetelan all-white ini mengajak penonton untuk mendekat ke panggung.  Tak banyak cingcong, bagai anak sekolah mendengar bel pulang begitu tali pembatas diturunkan oleh pihak keamanan penonton pun langsung berhamburan, berlomba-lomba mendapatkan spot terdepan pas di muka stage. Seakan menyambut crowd yang baru sampai di depan panggung, Wanya, Nathan, & Shawn langsung membagi-bagikan sejumlah mawar pada penonton, sambil terus menyanyikan “I’ll Make Love to You” yang tentunya membuat para wanita yang menerima mawar-mawar tersebut berasa dinyanyiin khusus untuk mereka sendiri.


Tak berhenti sampai disitu, pada nomor “A Song for Mama” Nathan sempat mengambil ponsel salah satu penonton yang sedang mengabadikan aksi mereka di panggung, lalu membawanya berkeliling dan merekam dirinya dan kedua rekannya perform di panggung, yang tak ayal membuat si pemilik ponsel histeris.


Sebelum membawakan “End of the Road” yang sudah sangat ditunggu, Wanya juga sempat mengungkapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya pada penonton yang hadir malam itu. “We have a mutual love of real music; music that makes you feel,” ujarnya, yang kemudian ditanggapi penonton dengan menyanyikan bait-bait “End of the Road” dengan lantang dan syahdu. Dan akhirnya konser benar-benar diakhiri dengan lagu penutup “Motownphilly”, sebuah lagu rancak yang membuat penonton sedikit dilema mau terus gembira berdansa atau sedih karena konser telah berakhir.


Total ada 17 lagu yang terdapat dalam setlist Boyz II Men di tur Indonesianya kali ini. Sebagai kota pertama yang menjadi tujuan tur Indonesia-nya(dari total 3 kota—setelahnya mereka akan perform di Bandung & Jogja), konser di Surabaya ini bisa dibilang lumayan dari segi teknis & jumlah pengunjung. Banyak penonton yang menyayangkan format minus one yang mereka usung, tapi secara umum para penikmat setia musik Boyz II Men puas dengan konser tersebut. “Seneng, soalnya udah dari dulu suka Boyz II Men,” ungkap Dhea dan Ega, 2 dokter muda yang hadir di konser Boyz II Men Surabaya dan termasuk yang beruntung bisa mendapatkan setangkai mawar dari para personilnya. Harmonisasi vokal khas Boyz II Men yang ciamik sedikit banyak membuat penonton lupa akan tiadanya kehadiran live instruments di konser tersebut, belum lagi adanya spoken words(semacam monolog) dalam suara ekstra berat yang kerap kali hadir di lagu-lagu Boyz II Men yang ternyata unik juga kalau disaksikan secara langsung. Yang paling disayangkan dari konser ini mungkin adalah fakta bahwa mega hit song Boyz II Men yang hingga tulisan ini dibuat masih memegang rekor lagu terlama sepanjang masa yang bertahan di puncak Billboard Top 100 (#1 selama 16 minggu), “One Sweet Day”(featuring Mariah Carey), tidak dibawakan. Saat ketiga personil silam ke belakang panggung usai lagu terakhir, banyak penonton yang masih bertahan di depan panggung untuk menunggu para personil kembali dan membawakan lagu tersebut sebagai encore, namun sayang hal tersebut tidak terjadi. Mayoritas usia penonton yang sudah matang mungkin menjadi salah satu penyebab dari tidak seberapa terdengarnya sorakan “We want more!” yang ada, dan benar saja, konsernya benar-benar sudah diakhiri. The concert could’ve been sweeter, tapi dengan adanya musisi sebesar Boyz II Men menggelar konser di luar Jakarta saja rasa-rasanya sudah lumayan membuat hari itu menjadi sebuah “One Sweet Day” bagi penikmat musik di Surabaya.


Teks : Nadia Maya Ardiani
Foto : Nadia Maya Ardiani, Virgina Sanni