Merapi Waspada, Belum Ada Indikasi Pergerakan Magma

22 May 2018

Jakarta, CNN Indonesia -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) belum mendeteksi indikasi pergerakan magma di Gunung Merapi meski status gunung itu sudah dinaikkan menjadi waspada sejak Senin (21/5) pukul 23.00 WIB.

"Belum ada indikasi pergerakan magma. Namun, kami masih terus melakukan pengecekan laboratorium terhadap material yang terlontar saat erupsi freatik," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida di Yogyakarta, Selasa (22/5) seperti dikutip dari Antara.

Hanik menambahkan BPPTKG Yogyakarta tetap melakukan pemantauan terhadap seluruh indikator aktivitas Gunung Merapi karena tidak bisa memperkirakan secara pasti aktivitas yang akan terjadi berikutnya.

Selain itu, lanjut Hanik, BPPTKG tidak mendeteksi ada deformasi berdasarkan hasil pengamatan dari electronic distance measure (EDM) yang ditempatkan maupun dari GPS.

Staf Ahli Geologi BPPTKG Dewi Sri mengatakan salah satu indikator pergerakan magma di Gunung Merapi adalah munculnya api diam atau bara.

"Sejak terjadi erupsi freatik akhir-akhir ini, bara tersebut belum terlihat. Sedangkan tekanan gas yang muncul bisa saja disebabkan dari sisa-sisa proses penguapan. Namun, perlu dilihat secara jelas dari hasil pengecekan laboratorium," ujarnya.

Kondisi yang saat ini terjadi di Gunung Merapi, lanjut dia, hampir sama seperti kondisi yang terjadi pascaletusan besar pada 1872. BPPTKG mengkategorikan letusan 2010 hampir sama seperti letusan 1872.

Pascaletusan 1872 juga diikuti dengan letusan-letusan freatik selama beberapa tahun dan kemudian terbentuk kubah lava pada 1883.

BPPTKG juga sudah melakukan pemodelan mengenai kemungkinan aktivitas Merapi setelah letusan besar 2010 yaitu diawali dengan munculnya letusan freatik dan akan dilanjutkan dengan munculnya aktivitas magmatis.

"Dalam sejarah Merapi, memang sempat terjadi letusan freatomagmatik pada 1931 yang didahului dengan runtuhnya kubah lava baru kemudian terjadi letusan magmatis. Apakah sekarang seperti itu atau tidak, kami pun tidak dapat memastikannya," imbuhnya.
 
Status Gunung Merapi dinaikkan dari normal menjadi waspada sejak Senin lalu. Perubahan status ini dipicu oleh gempa tremor yang terjadi setelah erupsi freatik pada Senin (21/5) pukul 17.50 WIB dan Selasa pukul 01.47 WIB.

Tremor tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk di antaranya tekanan gas yang cukup tinggi bercampur dengan baragam material seperti abu yang kemudian naik ke atas.